SEARCH THIS PAGE

Rabu, 15 November 2017

MANUSIA, JIWA ,DAN BADAN



PENGANTAR
  • Badan dan jiwa = satu kesatuan yg membentuk pribadi manusia. Kesatuan keduanya membentuk keutuhan pribadi manusia.
  • Pertanyaan: Bagaimana mengerti badan dan jiwa? Bagaimana peranan masing2 dlm membentuk eksistensi manusia?
  • Pembahasan kita:
    • Dua aliran yang melihat badan dan jiwa secara bertolak belakang: monisme dan dualisme.
    • Tanggapan terhadap kedua aliran.
    • Pengertian dan hakekat badan dan jiwa.
MONISME
  • Pengertian: aliran yang menolak pandangan bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah. Badan dan jiwa adalah satu substansi. Keduanya satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia.
  • Tiga bentuk aliran ini: materialisme, teori identitas dan idealisme. Materialisme = menempatkan materi sebagai dasar bagi sgala hal yang ada (fisikalisme). Manusia juga bersumber pada materi. Manusia tidak pernah melampaui potensi jasmaninya. Jiwa tidak punya eksistensi sendiri. Jiwa bersumber dari materi. Eksistensi jiwa bersifat kronologis (hasil hubungan sebab akibat). Reduksi humanitas pada dimensi fisik punya implikasi negatif pada penilaian atas aktivitas mental.
  • Teori identitas = menekankan hal berbeda dari materialisme, tapi mengakui aktivitas mental manusia. Ini menjadi ciri khas manusia. Letak perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti bukan referensi. Badan dan jiwa merupakan dua elemen yang sama.
  • Idealisme = ada hal yang tidak dapat diterangkan semata berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai dan makna. Itu hanya punya arti bila dihubungkan dengan sesuatu yg immaterial yaitu jiwa. Rene Descartes dengan cogito ergo sumnya menjadi peletak dasar dari idealisme.
DUALISME
·         Pengertian = badan dan jiwa adalah dua elemen yg berbeda dan terpisah. Perbedaannya ada dalam pengertian dan objek.
·         Empat cabang:
    • Interaksionisme =fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa. Peristiwa mental bisa menyebabkan peristiwa badani dan sebaliknya.
    • Okkasionalisme = memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa. Hubungan peristiwa mental dan fisik bisa terjadi dengan campur tangan ilahi.
    • Paralelisme = sistem kejadian ragawi terdapat di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada jiwa manusia. Dalam diri manusia ada dua peristiwa yang berjalan seiring yaitu peristiwa mental dan fisik, namun satu tidak jadi sumber bagi lainnya.
    • Epifenomenalisme = melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syaraf. Satu-satunya unsur untuk menyelidiki proses kejiwaan adalah syaraf.
  • TANGGAPAN SINGKAT:
1.         Pandangan monisme bertentangan dengan hakekat manusia sesungguhnya. Plato berkata, badan dan jiwa punya sifat yang berbeda. Badan sementara, jiwa abadi. Kelemahan materialisme= tidak bisa melihat bahwa pengalaman bersifat personal.
2.         Pandangan dualisme, khususnya paralelisme yang mengatakan badan jiwa dua hal yang terpisah, tidak terkait, sulit diterima. Perbuatan baik muncul dari niat yang baik. Manusia adalah makhluk rohani dan jasmani sekaligus.

BADAN MANUSIA
·         Badan = elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia. Apa pengertian badan? Pandangan tradisional, badan=kumpulan berbagai entitas material yang membentuk makhluk. Mekanisme gerakan badan bersifat mekanistik. Pandangan ini tidak memberikan pandangan utuh tentang manusia. Badan hrs dimengerti melebihi dimensi fisik. Badan menyangkut keakuan. Membicarakan tubuh adalah membicarakan diri (Gabriel Marcel).
·         Hakekat badan bukan pertama-tama terletak pada dimensi materialnya, tapi dalam seluruh aktivitas entitas yang terjadi dalam badan: tertawa, menangis, berjalan, lari, duduk, dll.

JIWA MANUSIA
·         Badan manusia tidak memiliki apa-apa tanpa jiwa. Tidak ada keakuan bila dilepaskan dari jiwa. Dalam pandangan tradisional jiwa – makhluk halus, tidak bisa ditangkap indera. Konsep ini menempatkan jiwa di luar hakekat manusia. Ini ditolak. Jiwa harus dipahami sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia. Jiwa menyadarkan manusia siapa dirinya.
·         James P Pratt menunjuk ada empat kemampuan dasar jiwa manusia. Pertama, menghasilkan kualitas penginderaan. Kedua, Mampu menghasilkan makna yang berasal dari penginderaan khusus. Ketiga, mampu memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan. Empat, memberi tanggapan pada proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan.
  • Agustinus: manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari jiwa. Jiwa mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui. Praktek moral sehari-hari adalah tanda berfungsinya jiwa dalam diri seseorang. Kemampuan jiwa menunjukkan bahwa kegiatan manusia bukan mekanistik.


KESIMPULAN:
Realitas manusiawi – realitas prinsipial terbentuk dari dua elemen, yaitu material dan spiritual. Badan dan jiwa = satu kesatuan yang membentuk eksitensi manusia. Jiwa tidak bisa berfungsi baik  kalau tidak ada badan. Badan manusia bukan mekanistik, tapi dinamika dari jiwa itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ETOS KERJA

Masyarakat Yunani: Plato membagi kelas dlm negara mengikuti struktur jiwa. Ada tiga kelas: penasehat, pembantu penasehat/militer, dan p...