1. Pengertian Roh dan Posisinya dalam Tubuh
- Roh
adalah prinsip kehidupan manusia. Roh adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah
ke dalam manusia dan kembali kepada Allah, kesatuan spiritual dalam manusia.
Roh adalah sifat alami manusia yang 'immaterial' yang memungkinkan manusia
berkomunikasi dengan Allah, yang juga adalah Roh.
- Jiwa
dan roh tidak sama. Tubuh membutuhkan roh, sama seperti radio membutuhkan
listrik. Sebagai gambaran lebih jauh, coba bayangkan sebuah radio. Apabila Anda
memasukkan baterai ke dalam radio portabel lalu menyalakannya, listrik yang
tersimpan dalam baterai akan menghidupkan radio itu. Tetapi, tanpa baterai,
radio itu mati. Radio listrik juga akan mati jika kabelnya dicabut dari stop
kontak. Demikian pula, roh adalah daya
yang menghidupkan tubuh kita. Dan, sama seperti listrik, roh tidak mempunyai
perasaan dan tidak dapat berpikir. Roh adalah daya yang tidak berkepribadian.
Tetapi, tanpa roh, tubuh kita mati.
- Letak
atau posisi roh adalah di dalam tubuh setiap makhluk hidup. Roh ada di bagian
terdalam tubuh dan tidak dapat diketahui keberadaannya. Roh merupakan ketidaksadaran
dan ada di dalam jiwa seperti lingkaran diatas dalam pendahuluan yang sudah
kami sertakan. Ada tubuh, lalu didalamnya ada jiwa dan di dalam jiwa ada roh.
2. Jiwa
atau Badan?
- Untuk
menjawab pertanyaan apakah kami lebih memilih jiwa atau badan, kami memilih
dua-duanya, yaitu jiwa dan badan. Karena menurut kami, jiwa dan badan adalah
satu kesatuan seperti yang telah dikatakan juga oleh Aristoteles.
- Bagi
Aristoteles, jiwa merupakan prinsip hidup. Itu berarti bahwa segala sesuatu
yang hidup memiliki jiwa, baik tumbuhan, hewan, dan manusia. Selain itu, ia
juga berpandangan bahwa jiwa dan badan merupakan dua aspek yang menyangkut satu
substansi saja. Dua aspek ini mempunyai hubungan satu sama lain sebagai
“materi” dan “bentuk”. Badan adalah “materi”, dan jiwa adalah “bentuk”-nya.
- Sebagaimana
bentuk dan materi pada semua makhluk fisis adalah korelatif satu sama lain,
sehingga yang satu mengandaikan yang lain supaya bersama-sama mengadakan
makhluk yang bersangkutan. Demikian pula dengan manusia, jiwa dan tubuh
merupakan dua aspek dari substansi yang sama, yakni manusia. Dengan demikian
Aristoteles sangat menekankan kesatuan manusia dan karena itu pula ia menolak
kebakaan jiwa. Jiwa sebagai bentuk sama sekali terarah kepada tubuh sebagai
materi, sudah nyata bahwa jiwa tidak dapat hidup terus tanpa materi. Itu
berarti bahwa pada kematian manusia, jiwanya binasa juga (sebagaimana juga jiwa
tumbuhan dan hewan). Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan dengan jelas bahwa pandangan Aristoteles meninggalkan
sama sekali dualisme Plato.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar