Aliran
filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yang khas di
tengah makhluk lainnya. Jiwa eksistensialisme ialah pandangan manusia sebagai
eksistensi. Etimologis: ex= keluar, sistentia (sistere)=berdiri. Manusia
bereksistensi = manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari
dirinya. Pusat diriku terletak di luar diriku. Ia menemukan pribadinya dengan
seolah-olah keluar dari dirinya sendiri dan menyibukkan diri dengan apa yang
diluar dirinya. Hanya manusialah bereksistensi. Eksistensi tidak bisa disamakan
dengan ‘berada’. Pohon, anjing berada, tapi tidak berseksistensi.
Eksistensialisme
dari segi isi bukan satu kesatuan, tapi lebih merupakan gaya berfilsafat. Beberapa
tokoh filsafat yg menganut gaya eksistensialisme, antara lain Kierkegaard,
Edmund Husserl, Martin Heidegger, Gabriel Marcel, dan Jean Paul Sartre. Sulit
menyeragamkan definisi mengenai eksistensialisme, karena adanya perbedaan
pandangan mengenai eksistensi itu sendiri. Namun satu hal yang sama: filsafat harus
bertitik tolak pada manusia konkrit, manusia sebagai eksistensi, maka bagi
manusia eksistensi mendahului esensi.
Ciri eksistensialisme :
- Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada. Hanya manusia bereksistensi.
- Bereksistensi hrs diartikan scr dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan diri scr aktif, berbuat, menjadi, merencanakan.
- Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pd dunia sekitarnya, khususnya pd sesamanya.
- Memberi penekanan pd pengalaman konkrit.
Siapa itu Jean Paul Sartre ?
·
Lahir di Paris 1905
·
1929 menjadi guru
·
1931-36 dosen filsafat di Le Havre
·
1941 menjadi tawanan perang
·
1942-44 dosen Loycee Pasteur
·
Banyak menulis karya filsafat dan sastra.
·
Dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger.
Pemikiran filsafat Sartre :
- Sulit menjabarkan pemikiran filsafat Sartre scr singkat.
- Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sbg dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dg keberadaan benda lain yg tdk punya kesadaran.
- Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dg benda lain yg keberadaannya sekaligus berarti esensinya. Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
- Asas pertama utk memahami manusia hrs mendekatinya sbg subjektivitas. Apapun makna yg diberikan pd eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggungjawab.
- Tanggungjawab yg menjadi beban kita jauh lebih besar dr sekedar tanggungjawab thdp diri kita sendiri.
- Dibedakan ‘berada dlm diri’ dan ‘berada untuk diri’
- Berada dalam diri = berada an sich, berada dlm dirinya, berada itu sendiri. Mis. meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur. Semua yang berada dalam diri ini tdk aktif. Mentaati prinsip it is what it is. Maka bagi Sartre segala yang berada dalam diri: memuakkan.
- Sementara berada untuk diri=berada yg dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dg keberadaannya. Bertanggungjawab atas fakta bhw ia ada. Mis. Manusia bertanggungjawab bhw ia pegawai, dosen. Benda tdk sadar bhw dirinya ada, tp manusia sadar bhw dia berada. Pd manusia ada kesadaran.
- Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
- Dibedakan ‘berada dlm diri’ dan ‘berada untuk diri’
- Berada dalam diri = berada an sich, berada dlm dirinya, berada itu sendiri. Mis. meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur. Semua yang berada dalam diri ini tdk aktif. Mentaati prinsip it is what it is. Maka bagi Sartre segala yang berada dalam diri: memuakkan.
- Sementara berada untuk diri=berada yg dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dg keberadaannya. Bertanggungjawab atas fakta bhw ia ada. Mis. Manusia bertanggungjawab bhw ia pegawai, dosen. Benda tdk sadar bhw dirinya ada, tp manusia sadar bhw dia berada. Pd manusia ada kesadaran.
- Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri.
Dalam
eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelama sbg wujud yg bertubuh. Tubuh
mengukuhkan kehadiran manusia. Tubuh sbg pusat orientasi tdk bisa dipandang sbg
alat sematamata,tp mengukuhkan kehadiran kita sbg eksistensi.
Komunikasi
= suatu hal yg apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, krn setiap kali org
menemui org lain pd akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yg seorg
seolah2 membekukan org lain. Terjadi
saling pembekuan shg masing2 jadi objek.
Cinta
= bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta
bersifat sengketa krn objektifikasi yg tak terhindarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar