SEARCH THIS PAGE

Kamis, 16 November 2017

MANUSIA DAN AFEKTIVITASNYA



Kekayaan dan Kompleksitas Afektivitas Manusia
            Manusia mempunyai kemampuan mengenal dan memiliki afektivitas. Kita dianugrahi afektivitas, maka kita bisa merasa puas dengan memandang alam semesta , hal-hal  yg menarik perhatian,  dan yang menggerakkan hati kita.

Seluruh kegiatan afektivitas bersandar pada dua hal, yaitu :
1.    Mencintai: Cinta sebagai akibat afektivitas yang baik. Ini disebut afektivitas positif.
2.    Benci: sebagai akibat dari sesuatu yang jelek yang disebut afektifitas negatif.

            Afektivitas termasuk dalam unsur-unsur pokok dasariah cara kita berada di dunia dan dimensi-dimensi esensial roh kita. Hidup afektif atau afektivitas adalah keseluruhan dari perbuatan afektif yang dialami oleh subjek dan juga dinamisme-dinamisme perbuatan-perbuatannya. perbuatan afektif itu lebih pasif dari perbuatan mengenal. Perbuatan afektif subjek lebih dipengaruhi/dikuasai oleh objek. Akibatnya dalam perbuatan, subjek lebih dikenal oleh pihak objek. Perbuatan afektif juga lebih bersifat realistis, karena subjek lebih diuntungkan dengan apa yang khusus dan nyata dalam objek itu. Supaya ada afektifitas harus ada suatu daya tarik-menarik atau suatu ikatan kesamaan atau gabungan tertentu antara si subjek dan objek perbuatan afektifnya.

            Plato dan Aristoteles mendefinisikan kebaikan atau yang baik itu sebagai apa yang dapat dijadikan objek dari keinginan atau dari kecenderungan, sebagai apa yang cocok dgn seseorang.

            Kehendak manusia seperti Hidup, Cinta, Kebenaran, Keindahan, Keadilan, Kebebasan, Kreativitas dll. Ditinjau dari sudut subjek, maka nilai itu membangkitkan dalam dirinya rasa hormat dan kekaguman, menimbulkan persetujuan dan keterlibatannya dan sebagai gantinya menjanjikan kepadanya penyempurnaan.

            Dipandang dari dalam diri sendiri nilai itu adalah sesuatu yang betul-betul berharga, yang pantas diperoleh dengan perjuangan keras dan makin orang dengan sepenuh hati memperjuangkan itu makin  itu atau menyamakan diri sebagai lebih kaya, nilai bersandar pada Yang Mutlak atau menyamakan diri dengan-Nya yang melebihi semua objek dimana nilai direalisir.

Kesenangan harus dicurigai?
-       Dari semua afektif, mungkin kesenanganlah yang merupakan cara yang paling sesuai dengan kodrat kita. Sekurang-kurangnya, kesenanganlah yang kita cari secara paling spontan.

Lawan dari kesenangan adalah penderitaan = cara afektif yang timbul dalam diri kita oleh karena salah satu kecenderungan-kecenderungan kita dilawan, dirintangi, digagalkan, entah karena objek kecenderungan itu luput atau ditarik kembali dari kita, entah kita tidak sampai mencapainya, mempergunakannya, atau berkomunikasi dengannya.

Ajaran agama mengajarkan cintailah sesamamu seperti kamu sendiri. Ini berarti hormat kepada keutuhan dan kekhususaan diri sendiri, cinta dan pengertian akan diri sendiri, tidak terpisahkan dari hormat, cinta dan pengertian akan orang lain.

Yang dikehendaki oleh manusia secara mutlak adalah kebaikan atau ada sebagai kebaikan. Sepanjang hidup ini, Tuhan tidak dikenal secara lengkap. Itu sebabnya mengapa manusia bisa tidak mengarah kepada-Nya pada taraf kesadaran jernihnya.

Keaslian kehendak itu adalah keaslian pengetahuan intelektual, walau tidak dapat berada tanpa pengetahuan inderawi, namun sifatnya lebih tinggi dan tidak bisa direduksikan kepada pengetahuan inderawi.

Dua argumen klasik mengenai kehendak, yaitu:
-          Argumen persetujuan umum, sebagian besar manusia percaya bahwa mereka dilengkapi dengan kehendak bebas, kehendak manusia adalah bebas.
-          Argumen psikologis, sebagian besar manusia secara spontan mengakui kebebasan sebagai hasil pengalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ETOS KERJA

Masyarakat Yunani: Plato membagi kelas dlm negara mengikuti struktur jiwa. Ada tiga kelas: penasehat, pembantu penasehat/militer, dan p...