Kekayaan
dan Kompleksitas Afektivitas Manusia
Manusia mempunyai kemampuan mengenal
dan memiliki afektivitas. Kita dianugrahi afektivitas, maka kita bisa merasa
puas dengan memandang alam semesta , hal-hal
yg menarik perhatian, dan yang
menggerakkan hati kita.
Seluruh
kegiatan afektivitas bersandar pada dua hal, yaitu :
1. Mencintai: Cinta sebagai akibat afektivitas yang baik.
Ini disebut afektivitas positif.
2. Benci: sebagai akibat dari sesuatu yang jelek yang
disebut afektifitas negatif.
Afektivitas termasuk dalam
unsur-unsur pokok dasariah cara kita berada di dunia dan dimensi-dimensi
esensial roh kita. Hidup afektif atau afektivitas adalah keseluruhan dari
perbuatan afektif yang dialami oleh subjek dan juga dinamisme-dinamisme
perbuatan-perbuatannya. perbuatan afektif itu lebih pasif dari perbuatan
mengenal. Perbuatan afektif subjek lebih dipengaruhi/dikuasai oleh objek. Akibatnya
dalam perbuatan, subjek lebih dikenal oleh pihak objek. Perbuatan afektif juga
lebih bersifat realistis, karena subjek lebih diuntungkan dengan apa yang khusus
dan nyata dalam objek itu. Supaya ada afektifitas harus ada suatu daya
tarik-menarik atau suatu ikatan kesamaan atau gabungan tertentu antara si
subjek dan objek perbuatan afektifnya.
Plato dan Aristoteles mendefinisikan
kebaikan atau yang baik itu sebagai apa yang dapat dijadikan objek dari
keinginan atau dari kecenderungan, sebagai apa yang cocok dgn seseorang.
Kehendak manusia seperti Hidup,
Cinta, Kebenaran, Keindahan, Keadilan, Kebebasan, Kreativitas dll. Ditinjau
dari sudut subjek, maka nilai itu membangkitkan dalam dirinya rasa hormat dan
kekaguman, menimbulkan persetujuan dan keterlibatannya dan sebagai gantinya
menjanjikan kepadanya penyempurnaan.
Dipandang dari dalam diri sendiri
nilai itu adalah sesuatu yang betul-betul berharga, yang pantas diperoleh
dengan perjuangan keras dan makin orang dengan sepenuh hati memperjuangkan itu
makin itu atau menyamakan diri sebagai
lebih kaya, nilai bersandar pada Yang Mutlak atau menyamakan diri dengan-Nya
yang melebihi semua objek dimana nilai direalisir.
Kesenangan
harus dicurigai?
-
Dari semua afektif, mungkin kesenanganlah
yang merupakan cara yang paling sesuai dengan kodrat kita. Sekurang-kurangnya,
kesenanganlah yang kita cari secara paling spontan.
Lawan
dari kesenangan adalah penderitaan = cara afektif yang timbul dalam diri kita
oleh karena salah satu kecenderungan-kecenderungan kita dilawan, dirintangi,
digagalkan, entah karena objek kecenderungan itu luput atau ditarik kembali
dari kita, entah kita tidak sampai mencapainya, mempergunakannya, atau
berkomunikasi dengannya.
Ajaran agama mengajarkan cintailah
sesamamu seperti kamu sendiri. Ini berarti hormat kepada keutuhan dan
kekhususaan diri sendiri, cinta dan pengertian akan diri sendiri, tidak
terpisahkan dari hormat, cinta dan pengertian akan orang lain.
Yang
dikehendaki oleh manusia secara mutlak adalah kebaikan atau ada sebagai kebaikan.
Sepanjang hidup ini, Tuhan tidak dikenal secara lengkap. Itu sebabnya mengapa
manusia bisa tidak mengarah kepada-Nya pada taraf kesadaran jernihnya.
Keaslian
kehendak itu adalah keaslian pengetahuan intelektual, walau tidak dapat berada
tanpa pengetahuan inderawi, namun sifatnya lebih tinggi dan tidak bisa
direduksikan kepada pengetahuan inderawi.
Dua
argumen klasik mengenai kehendak, yaitu:
-
Argumen
persetujuan umum, sebagian besar manusia percaya bahwa mereka
dilengkapi dengan kehendak bebas, kehendak manusia adalah bebas.
-
Argumen
psikologis, sebagian besar manusia secara spontan mengakui
kebebasan sebagai hasil pengalaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar